Rasa............


Adikku yang sedang gelisah hatinya,
Ini yang sudah lama ingin aku tanyakan kepadamu,
Apakah engkau harus menyetujui segala sesuatu?

Engkau berjalan di muka bumi ini dengan pandangan nanar menatap semua yang harus kau periksa.

Engkau khawatir akan ada hal yang tak kau setujui keberadaannya,
Atau kalau-kalau ada pendapat yang tak sejalan dengan yang kau anggap benar,
Atau siapa tahu ada orang yang hidup dalam keyakinan yang tak kau yakini.

Tetapi, sedikit sekali kau sadari bahwa perhatianmu mengenai yang salah di luar, telah melalaikanmu dari berlaku benar dalam hidupmu sendiri.

Mengapakah engkau cepat marah jika orang tak sependapat denganmu, padahal dia sedang mengupayakan kehidupan yang baik, yang juga seharusnya lebih kau perhatikan daripada membedah yang kau anggap sebagai kesalahannya, yang mungkin hanya karena engkau yang belum mengerti.

Engkau tidak bisa disebut benar, apabila dalam upayamu membenarkan orang lain, engkau menerbeng
kalaikan yang penting bagi dirimu dan keluargamu.

Dan engkau menjadi sangat salah, saat engkau memaksa orang menjadi benar dengan cara-cara yang membuatnya membenci kebenaran.
Maka adikku yang terkasih,

Hentikanlah pengejaranmu terhadap yang menurutmu salah, dan mulailah menuntun yang dekat denganmu agar mudah bagi mereka untuk berlaku benar.

Cukupkanlah penuntutanmu terhadap yang tak sependapat denganmu, dan mulailah meneladankan kehidupan yang indah karena kesetiaanmu kepada kebaikan.

Dan agar mudah bagimu untuk merasa damai, ijinkanlah orang lain untuk berbeda pendapat denganmu, ijinkanlah mereka meyakini yang bukan kau yakini, dan ijinkanlah mereka melakukan yang bukan untukmu melakukan.

Sadarilah ini,

Hanya karena mereka berbeda darimu, tidak berarti mereka salah.

Hanya karena engkau merasa benar, tidak berarti engkau pasti benar.

Dan bahagiakanlah dirimu dengan keikhlasan, bahwa jika Tuhan berkenan, Beliau akan mensatu-imankan semua umat.

Karena satu-satunya kesamaan kita adalah perbedaan di antara kita, maka ada pelajaran yang sangat besar dan membesarkan di dalam perbedaan.

Bukankah sekarang mudah kau mengerti, bahwa dia yang mengharuskan segala sesuatu untuk sesuai dan sama dengannya, akan mengharamkan bahkan kebenaran Tuhan yang belum dimengertinya.

Adik yang mengisi sisi terkasih dari hatiku,

Sepakatilah bahwa tidak semua hal harus disepakati.

Berlaku indahlah, karena kesamaan yang paling bijak adalah penerimaan bahwa ada hal-hal yang lebih baik jika diijinkan untuk diyakini secara berbeda.

Engkau tidak harus menyetujui segala sesuatu.

Keikhlasanmu untuk yang kecil, akan memantaskanmu bagi perbedaan yang besar.

Dan engkaulah yang diharapkan Tuhan sebagai pembawa perbedaan itu.

Engkaulah Sang Pembeda. Sebetulnya,

Seperti apakah pengertianmu mengenai kebenaran, sehingga engkau merasa berhak berlaku tidak santun dalam upayamu mengembalikan orang yang sedang salah kepada kebenaran, yang sebetulnya sedang menanti pembuktian mengenai kebaikan dari kebenaran?

Adik kecintaan hatiku,

Janganlah engkau menjadi orang yang merasa benar dalam berlaku salah.

Apakah terpikir oleh mu,
Ada orang yang lebih menyebalkan bagi mu
Daripada orang yang merasa benar dalam tindakan-tindakan buruknya?

Maka ini yang aku tanyakan kepadamu,

Apakah engkau sendiri sudah benar dalam kehidupanmu?



Karena,

Kalau engkau benar, mengapakah orang yang kau salahkan itu hidupnya lebih baik darimu?

Mengapakah engkau menggunakan cara-cara yang membuat orang membencimu beserta kebenaran yang ingin kau yakinkan kepadanya?

Kalau engkau benar, mengapakah tidak kau gunakan nasehat yang sama untuk membaikkan kehidupanmu sendiri?

Seperti misalnya,

Adikku yang terkasih,

Janganlah engkau bergabung dengan mereka yang digalang dan dilatih oleh kegelapan untuk menyia-nyiakan waktu berharga dalam hidupmu, untuk merasa benar dalam kehidupan yang menyalahi hakmu sendiri untuk hidup dengan baik.

Ketahuilah, engkau berhati mulia.

Jika engkau tak menyadarinya, aku ingatkan lagi kepadamu, bahwa

Engkau berhati mulia.

Jika tidak, mengapakah engkau peka terhadap keburukan?

Jika tidak, mengapakah engkau merasa bertanggung-jawab untuk memperbaiki kesalahan yang ada di sekitarmu?

Dan jika tidak, mengapakah engkau di berikan tenaga lebih besar daripada kebanyakan orang lain?

 Adikku yang terkasih,

Semua perjalanan adalah perjalanan kejiwaan.

Kita tumbuh dari jiwa mulia yang suci, untuk menjadi jiwa yang bersemayam damai di dalam diri yang dewasa, baik, dan cemerlang.

Kita semua adalah jiwa yang sedang hidup di alam raga.

Namun kepelikan keberadaan raga inilah yang menjadikan kita terlupakan, tersilaukan, dan berlaku seolah-olah kehidupan ini adalah kehidupan raga.

Adikku, ketahuilah bahwa

Kehidupanmu adalah kehidupan jiwamu.

Jiwamu-lah yang mengisi ragamu agar ia menjadi seseorang.

Maka,

Nama yang kau pilihkan bagi dirimu adalah sebetulnya nama bagi jiwamu.

Dan,

Identitas dari dirimu adalah identitas dari jiwamu.


Yang ini aku mohonkan pengertian baik mu, bahwa ragamu itu hidup hanya selama nyawa yang dititipkan Tuhan padanya – masih ada.

Nyawamu adalah serpihan indah dari keberadaan Tuhan, yang akan kembali kepada Tuhan saat masa pelayanan jiwamu dalam kehidupan ini selesai.

Dan dengan ditarik-kembalinya nyawamu, ragamu menjadi kumpulan materi yang tak lagi berpendapat, yang akan terurai kembali kepada sumber pembentukannya, … tanah.

Tetapi jiwamu ada, tegak dan hidup – sehidup kesadaran terakhirmu sebelum nyawamu memulai perjalanan kerinduannya untuk kembali kepada Tuhan. Dan jiwamu menyusulnya dalam waktu yang ditetapkan.

Maka memudar dan sirnalah kabut yang menutupi pengertian baikmu selama ini, dan terbukalah pengertian bahwa semua kehidupan adalah kehidupan jiwa yang menuju bentuk terbaiknya, untuk kembali kepada Tuhan.

Engkau jiwa yang mulia.

Maka apa lagi-kah yang masih kau ragukan?

Sini, mendekatlah engkau kepadaku.

Sambutlah tanganku, karena tangan ini telah menyentuh dan meringankan semua sakitku di masa mudaku.

Semoga dengannya hatimu berharu-gembira bahwa engkau adalah belahan jiwaku, dan mengobati dirinya sendiri dengan rasa sakit yang sebetulnya adalah rasa dari obat kebaikanmu.

Adikku yang terkasih,

Mulai hari ini, sadarilah bahwa

Hatimu Adalah Wajah Dari Jiwamu

Maka kenakanlah wajah terbaik dari jiwamu, agar kehidupan ini memperlakukanmu dengan keindahan yang terpatutkan bagi mereka yang jiwanya rupawan.

Aku tahu engkau ingin aku melanjutkan perbincangan indah kita ini dengan telisikku mengenai Hati Yang Menjadi Wajah Dari Jiwamu, tetapi biarlah itu menjadi pengindah dari pertemuan kita yang menyusul.

Maka sering-seringlah engkau mengunjungiku, karena telah kutetapkan diriku sebagai pelayan bagi kebahagianmu.

Adikku yang tulus ketegasannya,

Yang sekarang harus kau jadikan hadiah bagi dirimu sendiri di tahun yang baru nanti, adalah

Menjadikan dirimu sadar mengenai kebesaran yang menjadi kerinduan jiwamu itu.

Kemudian menjadikan kesadaran akan tugas dari jiwamu sebagai warna dari semua kekuatan dan kesabaranmu.

Dan yang ini aku mohonkan perkenan Tuhan bagimu, adik kecintaan hatiku:

Jadikanlah keikhlasan sebagai kekuatan dari pekerjaanmu, dan keberserahan sebagai kekuatan dari penantian hasilmu.

Karena,

Engkau jiwa yang mulia, dan itulah identitas-asli-mu.